Seru! Jalan Bareng Nina Zatulini ke Museum Layang-layang

Seru! Jalan Bareng Nina Zatulini ke Museum Layang-layangFoto: Asep Syaifullah
- Biasanya anak muda menghabiskan waktu libur untuk pergi ke mall, atau nongkrong di kafe. Nggak bosan dengan kegiatan itu-itu saja? Jalan-jalan ke museum juga menarik, lho!
detikHOT mengajak Nina Zatulini untuk 'kencan' ke museum layang-layang yang terletak di Jalan H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Nina pun bersedia menerima ajakan tersebut, bahkan cukup bersemangat.
Pesinetron kelahiran Jakarta, 22 November 1991 itu mengaku baru pertama kalinya mengunjungi museum layang-layang. Meskipun tak pernah memainkannya saat kecil, dia sering melihat temannya atau orang-orang di lingkungan rumah saat menerbangkan layang-layang, jika musimnya tiba.Bintang sinetron 'Pangeran' itu pun terkesima dengan berbagai macam layang-layang yang digantung di langit-langit rumah Joglo ala Jawa itu. Mulai layang-layang yang menyerupai Delman, Kapal Pesiar, untaian panjang badan Naga, Burung Jumaji, hingga Rumah Pengantin. Kagum dengan beragam bentuknya yang juga besar, Nina tak menyangka jika layang-layang itu benar-benar bisa diterbangkan.
"Jadi aku pikir tadi ini…Ternyata layang-layang oh sebesar ini, ya ampun aku pikir tadi bukan layang layang, jadi aku sendiri baru pertama kali lihat layang-layang sebesar ini, Lihatnya aja kayaknya udah berat," ucapnya dengan mulut menganga.

Berdiri di atas area 3000 meter persegi, museum yang didirikan oleh Endang Widjanarko Puspoyo pada 21 Maret 2003 itu diresmikan oleh I Gede Ardhika yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI. Di bangunnya museum layang-layang berawal dar kecintaan sang pemilik terhadap layang-layang dan, rutinnya mengikuti kontes maupun festival layang-layang  di berbagai daerah di Indonesia maupun di mancanegara.
Konsep museum yang terletak di pemukiman warga itu dibangun dengan menggunakan material kayu alias gebyog yang dikirim langsung dari Desa Trowulan, Jawa Timur. Bangunan rumah itu sudah berusia 900 tahun.

"Pas kebetulan ada yang mau jual bangunan rumah Joglonya, akhirnya ibu Endang ambil dari Trowulan, Jawa Timur pindah ke Jakarta buat museum Layang-layang. Ini umur bangunanya sudah 900 tahun, konsepnya sebenarnya campuran ada Jawa dan Balinya juga," urai penjaga museum, Dayat.

Di museum layang-layang ini, pengunjung dapat melihat 500 lebih koleksi layang-layang yang berasal dari khas daerah di Indonesia, bahkan mancanegara. Ukuran serta model layang-layang yang ada di museum milik pribadi ini juga beraneka ragam.

"Kalau untuk kreasi layang-layang main itu ada kita kurang lebih 500, kalau sampai sekarang mungkin bisa lebih. Karena kita ada juga yang buat dan satu benang itu ada yang 100 meter dan ada juga yang mencapai sekitar 200 meter," ujar pria yang sudah kerja dengan sang pemilik sejak tahun 1998.

Berbagai macam layang-layang tersebut didapatkan oleh Endang dari berbagai daerah, misalnya layangan yang berbentuk Delman diperoleh dari Jepara, Jawa Tengah. Selain itu ada layangan Rumah Pengantin yang diperoleh pada tahun 2005 dari pelayang asal Kalimantan Selatan, bentuknya menyerupai plaminan pernikahan yang biasa digunakan pada saat prosesi meminang pengantin.

Yang lebih unik layangan berbentuk Naga, panjangnya layangan Naga sangat menyita perhatian bagi pengunjung. Layangan tersebut diperoleh dari pelayang asal Yogyakarta dengan harga Rp 2,5 juta pada tahun 2009. Ada juga layangan yang bentuknya menyerupai kapal, dan diperoleh dari pulau Dewata, Bali dengan harga Rp 500 ribu pada 2005.

Selain itu pengunjung juga dapat melihat layangan asal mancanegara, misalnya dari Negeri Tirai Bambu. Layangan terkecil yang ada di museum layang-layang Jakarta itu bentuknya kecil, dengan goresan tinta khas desain oriental. Ada juga layangan asal Belanda yang bergambar badut. Pengunjung juga dapat melihat proses daur ulang keramik serta layang-layang di museum ini.

Museum Layang-layang dibuka untuk umum mulai hari Senin hingga Minggu mulai pukul 09.00 - 16.00WIB. Pengunjung cukup merogoh kocek Rp 15 ribu untuk mendapatkan pengalaman menarik, sekaligus bernostalgia dengan layang-layang. Anda juga bisa membuat layang-layang sendiri, seperti yang coba dilakukan Nina Zatulini.


Awalnya dia menyiapkan bahan dasar layang-layang seperti potongan bambu yang sudah di raut, kertas, serta cat untuk menggambar motif. Nina memperhatikan satu demi satu instruksi Pak Dayat dalam membuat pola. Jari lentiknya mengurut kertas yang sudah diberi lem dengan cekatan, kemudian merekatkannya pada bambu yang sudah diserut dan diikat dengan seuntai tali. Tak lama pola layang-layang dasar sudah tertutup dengan kertas putih, Nina kemudian menggambar pola bunga di atas layang-layang tersebut.

Berkunjung ke museum layang-layang menjadi salah satu pengalaman menyenangkan bagi pesinetron 24 tahun ini. Ingin lebih lengkap menyaksikan keseruannya? Simak di video berikut ini.
(ich/doc)
Previous
Next Post »
Thanks for your comment